Kamis, 26 Mei 2011

Politisi Gerindra Permadi

Politisi Gerindra Permadi, mengomentari sikap suami Nunun Nurbaeti, Adang Daradjatun, yang terkesan menghalangi pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi atas istrinya. Nunun telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap anggota Dewan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom. Namun, sampai saat ini Nunun tak juga berhasil diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Kalau Nunun tidak bersalah, ya hadapi saja di Indonesia. Itu sebagai bentuk sikap yang jantan. Tapi kalau dia (Adang Daradjatun) tidak mau menyerahkannya (Nunun), kalau menurut saya, secara formal, beliau keliru," kata Permadi seusai menghadiri seminar di Hotel Menara Peninsula di Jakarta Barat, Kamis (26/5/2011).

Menurutnya, Adang merupakan mantan Wakil Kepala Polri yang seharusnya mengetahui hukum secara formal. Oleh karena itu, hukum juga harus ditegakkan pada Nunun Nurbaeti. Selain itu, ia memandang KPK sampai saat ini baru menjerat penerima suap yang terdiri dari 26 anggota DPR, sementara Nunun yang diduga menjadi penyuap belum berhasil dijerat hukum.

"Soal Nunun, yang saya sesalkan, Pak Adang Daradjatun sebagai mantan Wakapolri seharusnya mengetahui hukum formal. Ia harus bantu tegakkan hukum. KPK tidak punya nyali untuk bongkar ini secara keseluruhan. Sangat aneh, katanya penyuapan, yang disuap sudah ada, tapi yang menyuap itu enggak ada. Itu bagaimana? Aneh kan. Sudah sangat jelas saksi-saksi menyatakan Bu Nunun-lah yang menyerahkan cek itu," papar mantan politisi PDI-P tersebut.

Ia menuturkan bahwa saat ini, hal-hal terkait penyuap lainnya yang diduga juga mencakup nama Miranda Goeltom hanya tinggal menunggu keterangan Nunun. Jika tidak demikian, maka kasus ini tidak akan pernah selesai.

Seperti diketahui, Adang Daradjatun menyatakan bahwa keluarganya siap kooperatif dengan KPK asalkan prosedur hukum berjalan sesuai aturan terhadap istrinya, Nunun Nurbaeti. "Saya dipertanyakan, sebagai seorang pejabat, apa akan mendukung hukum. Saya cinta Ibu, saya akan jaga Ibu. Sepanjang penegakan hukum sesuai koridor, oke," kata anggota Komisi III asal Fraksi PKS ini di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/5/2011).

Adang sempat mengelak beberapa kali untuk berjanji kooperatif dalam membawa Nunun pulang ke Indonesia. Namun, dia kemudian mengatakan siap, sebagai bentuk persetujuannya untuk mendukung proses hukum yang dilakukan KPK dan pihak imigrasi ke depan, dengan persyaratan. Hanya, Adang menegaskan, KPK harus dengan jelas mengungkap bukti-bukti hukum yang menguatkan dugaan bahwa Nunun terlibat.

"Ada enggak bukti Ibu (Nunun) memberikan sesuatu kepada seseorang. Di KUHAP (soal suap), harus ada pemberi dan penerima. Dalam arti, itu harus dibuktikan dengan ada saksi dan ada rekaman. Saya minta itu tadi, kasihan Ibu sendirian," ungkapnya. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Politisi Gerindra Permadi.

Jumat, 20 Mei 2011

Nyimas Yusreni

Nyimas Yusreni tak menghiraukan sakit yang dideritanya. Ia pun memenuhi lantas memenuhi panggilan Ditreskrimum Polda Jambi untuk mengkklarifikasi laporannya. Sebelumnya dia mengadukan istri Gubernur Jambi, Hj Yusniana. "Saya memang sakit perut. Karena saya di panggil maka saya pun memenuhi panggilan penyidik,” ungkap Nyimas Yusreni, Jumat (20/5).

Nyimas Yusreni datang memenuhi panggilan bersama pengacara yang mendampinginya. "Saya diperiksa lebih kurang enam jam. Dari jam 9 sampai jam 2 siang. Alhamdulilah saya masih kuat menghadap kepada penyidik,” ungkapnya. Nyimas mengaku dirinya mampu menyelesaikan 12 pertanyaan dari penyidik yang bersifat minta penegasan, terutama terkait ancaman langsung yang diberikan Hj Yusniana terhadap dirinya.

Tidak hanya itu, Nyimas juga saat dalam pemeriksaan tersebut diminta penyidik untuk menyerahkan barang bukti rekaman, namun ditolaknya. "Saya baru akan memberikan bukti itu setelah waktu yang tepat. Barang bukti itu pasti saya berikan kepada penyidik,” ujarnya.

Sementara itu, pengacara Nyimas Yusreni, Sri Hayani SH, saat dikonfirmasi membenarkan bahwa kliennya dalam kondisi tidak sehat. Akan tetapi dirinya menegaskan bahwa saat itu, Nyimas tetap bersedia memberikan keterangan dihadapan penyidik. Hanya saja, kapasitas pemanggilan Nyimas Yusreni tersebut bukanlah untuk dimintai keterangan sebagai saksi pelapor.

Sri Hayani SH menjelaskan, Nyimas lebih banyak menceritakan kronologis perkara. Bahkan saat itu, penyidik juga sempat mengungkit tentang proses perdamaian yang dilakukan oleh Nyimas dengan terlapor. Namun, dirinya membantah jika proses damai tersebut diminta oleh kliennya. Melainkan akibat dari proses bujuk rayu dari pihak terlapor dan orang suruhannya.

"Bahkan penandatanganan surat pernyataan di Polda tersebut juga bukan atas inisiatif Nyimas, melainkan dipanggil pihak terlapor. Bahkan, surat pernyataan itu juga telah dipersiapkan pihak terlapor, bukan Nyimas Yusreni yang membuat,” ungkap Sri Hayani.

Dia percaya kasus ini dapat langsung ditingkatkan untuk proses yang lebih lanjut. Bila dibandingkan laporan pertama, laporan Nyimas Yusreni yang kedua ini masih terbilang lambat prosesnya. Bahkan keterlambatan penanganan itu juga dipertanyakan kepada penyidik. Sri Hanyani mengungkapkan bahwa penyidik beralasan keterlambatan tersebut karena pergantian Direskrim Polda. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Nyimas Yusreni.

Bendera Merah Putih berkibar

Bendera Merah Putih berkibar di ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut (DPL) di Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Pengibaran tersebut disertai lagu kebangsaan Indonesia Raya, Jumat (20/5/2011).

Setelah melaksanakan upacara bendera untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), semua peserta lalu menuju puncak Gunung Api guna menyaksikan kawah yang warnanya berubah-ubah. Terkadang berwarna hijau dan putih pekat.

Lapok, (39), salah atu pencinta alam yang sudah 154 kali mendaki puncak gunung dempo mengatakan, mengatan sangat prihatin dengan kondisi kawasan hutan di Gunung Dempo saat ini, karena melihat kawasan Gunung Dempo yang selalu dipenuhi sampah dan coret-coretan yang terdapat di kawasan tersebut.

"Kami cukup mengapresiasi terkait dengan sumbangsih dari Tim Ekspedisi Bukit Barisan ini. Semoga dengan diadakannya kegiatan ini mampu membangkitkan kesadaran masyarakat terutama mereka yang mengaku pencinta alam, untuk tidak merusak daerah dengan membuang sampah apalagi hingga merusak populasi tumbuhan di sana terutama tumbuhan endemik (pohon panjang umur) yang sangat dilindungi,” ujarnya.

Untuk saat ini menurutnya peran pemerintah dalam menjaga kawasan hutan di Gunung Dempo memang sangat minim, bahkan tidak mampu untuk mengawasi dan menindak bagi pendaki yang mencemari kawasan itu dengan sampah serta melakukan pengerusakan terhadap tumbuhan hutan yang menyelimuti Gunung Dempo. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Bendera Merah Putih berkibar.

Oknum Pegawai Negeri Sipil

Oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Pemkab Musirawas, Sumatera Selatan inisial AH (44), diamankan jajaran Satuan Narkoba Polres Lubuklinggau, Jumat (20/5/2011). Warga Blok A7 Perumnas Nikan Kelurahan Nikanjaya Kecamatan Lubuklinggau Timur itu ditangkap petugas karena diduga tengah menggelar pesta sabu-sabu bersama salah seorang rekannya, DM, disalah satu rumah kontrakannya di Kelurahan Tabapingin Lubuklinggau Timur.

Dari informasi yang dihimpun dilapangan, tersangka AH adalah salah seorang Kepala Seksi di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Pemkab Musirawas. Selain mengamankan tersangka, petugas juga menyita satu paket kecil serbuk yang diduga narkoba jenis sabu-sabu, satu alat penghisap, potongan pipet warna putih, pirex dari kertas timah rokok, satu korek api dan satu unit ponsel warna merah. Sementara rekannya DM, berhasil lolos dari penyergapan petugas.

Kapolres Lubuklinggau AKBP Takwil Ichsan melalui Wakapolres Kompol Slamet Waloya, mengatakan akan menyelidiki kasus ini dan masih memeriksa keterangan dari tersangka. Disebutkan, pihaknya juga akan mengambil sampel urine dan darah tersangka untuk selanjutnya dikirim ke Labfor Polda Sumsel untuk diperiksa.

“Sampel urine dan darah tersangka akan segera dikirim ke Labfor Polda Sumsel untuk diperiksa” ujarnya singkat. Sementara itu, dengan ditangkapnya tersangka AH atas dugaan mengkonsumsi narkoba, maka menambah jumlah kasus pejabat yang tersandung kasus narkoba dan berurusan dengan hukum.

Jika kemarin petugas mengamankan AH, pajabat Kepala Seksi pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Pemkab Musirawas, maka sebelumnya petugas juga menangkap Ton, salah seorang Camat di Kota Lubuklinggau. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Oknum Pegawai Negeri Sipil.

Kepala Kepolisian

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan (Sulsel), Irjen Johny Wainal Usman memperingatkan kepada pengurus Front Pembela Islam Sulsel untuk menghentikan razia di Kota Makassar.

Ini dikarenakan razia FPI tidak pernah mendapat izin dari kepolisian dan banyak warga yang mengeluhkan tindakan main hakim sendiri dalam setiap razia FPI. Johny meminta FPI tidak lagi menggelar razia dan razia yang digelar, Selasa (17/5/2011) merupakan razia terakhir.

Selain itu, jika FPI memiliki data terkait tindak krimial atau penyakit masyarakat, FPI diminya menyerahkan kepada polisi dan polisi akan melakukan tindakan. Hal ini ditegaskan Johny kepada Tribun, Jumat (20/5/2011), terkait rencana FPI yang akan menggelar lagi razia di panti pijat dan salon kecantikan di Makassar.

"FPI tidak usah menggelar lagi razia. Biarkan polisi yang melakukan tindakan tegas kalau ada yang melanggar hukum. FPI kan tidak punya izin dan kami tidakakan pernah memberi izin. Kalau ada razia yang digelar berarti itu ilegal. Kalau selalu menggelar razia dan menyerang warga, giliran warga yang menyerang FPI nantinya" kata jenderal bintang dua ini usai membuka Kejurnas Karate Wadokai di GOR Andi Mattalatta. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Kepala Kepolisian.

Rabu, 18 Mei 2011

Menyerang perumahan warga

Delapan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Makassar ditangkap Satreskrim Polsek Rappocini, Senin (16/5) malam. Mereka diringkus setelah menyerang perumahan warga di Jalan Hertasning Timur. Dari tangan mahasiswa, polisi menyita satu senjata api rakitan dan empat butir peluru senapan laras panjang, SS2. Polisi juga menyita beberapa busur dan anak panah. Penangkapan dilakukan setelah polisi mendapatkan laporan warga yang rumahnya menjadi sasaran amukan mahasiswa tersebut.

Kapolsek Rappocini AKP Herman mengatakan, delapan mahasiswa yang tinggal di salah satu rumah kos Jalan Tamalate VIII, diamankan karena merusak tiga rumah warga.“ Ketika dirazia, ternyata mereka menyimpan senjata rakitan beserta peluru yang digunakan menakut-nakuti warga,”ungkapnya kepada media, kemarin.

Delapan mahasiswa yang ditangkap tersebut, yakni Nurhamulla dan Nurhadi Rawan, mahasiswa UNM; Junaidi, mahasiswa STIMIK Dipanegara; Kasman,Rajab,dan Apriaman, mahasiswa Unismuh; serta Muhammad Nur dan Yamzir, mahasiswa Universitas Hasanuddin.

Dari penyelidikan polisi, motif penyerangan tersebut karena persoalan asmara. Salah seorang warga Jalan Hertasning Timur,Alli,memadu kasih dengan adik salah seorang mahasiswa, Nirwana. Saat putus, Alli menyebut Nirwana sebagai pelacur. “Selama ini,ketika saya dan dia (Alli) pacaran,dia memang sering memukuli saya.

Ketika mengetahui putus dan memaki saya begitu, adik saya (Nirham) memanggil temannya dan menyerang ke Jalan Hertasning Timur,” ungkap Nirwana,kemarin. Akibat penyerangan tersebut, selain merusak rumah, seorang mahasiswa, Apriaman, babak belur dihajar massa setelah kedapatan warga bersembunyi di atas plafon rumah.Dia menjadi bulan-bulanan warga yang tidak terima rumahnya menjadi sasaran perusakan.

Dari hasil pemeriksaan sementara, polisi telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka kasus penyerangan tersebut. Mereka, yaitu Kasman, Rajab, dan Apriaman. Kasman mengaku membuat senjata rakitannya sendiri untuk menakut-nakuti orang dan mendapatkan amunisi dari teman kampusnya di UNM. Dari pantauan media, mahasiswa yang ditangkap dibesuk puluhan rekannya, kemarin.

Tingkah laku mahasiswa yang terkesan seenaknya di kantor Polsek,mengundang ketidaksenangan di kalangan anggota polisi.”Kok mahasiswa begitu ya, masuk seenaknya tanpa ada rasa penghormatan,” ujar seorang anggota Polsek Rappocini yang enggan disebutkan namanya. Aksi kekerasan mahasiswa di Makassar dalam beberapa pekan terakhir kerap terjadi.

Di Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) misalnya,dalam dua pekan terakhir, mahasiswa Fakultas Teknik tawuran dengan mahasiswa yang tergabung dalam UKM Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala).Aksi saling serang dengan menggunakan senjata tajam dan rakitan, menjadi pemandangan sehari- hari. Tawuran ini akhirnya menimbulkan korban di kalangan Mapala UMI.

Seorang anggotanya, Muhammad Nuh,terpaksa harus menjalani perawatan medis setelah ditembak orang tidak dikenal di Jalan Abd Dg Sirua. Proyektil peluru masih bersarang di pundak korban setelah tim dokter memutuskan tidak melakukan operasi.
Polisi juga telah mengamankan tujuh mahasiswa beserta barang bukti berupa puluhan senjata tajam dan senjata api rakitan.

Tangkapan polisi ini diperoleh dari dua lokasi berbeda, yakni di Jalan Tamamuang, Sukaria,dan Tallo. Sementara itu, Pembantu Rektor 1 UNM Prof Sofyan Salam ketika dihubungi, mengaku akan memberikan sanksi tegas kepada mahasiswanya yang terjaring razia polisi.“Mereka akan diberi sanksi tegas dan akan menjalani sidang kode etik kemahasiswaan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,”tandasnya. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Menyerang perumahan warga.

Pengiriman tenaga perawat

Rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dan Pemerintah Korea Selatan (Korsel) dalam bekerja sama dalam pengiriman tenaga perawat akan segera terealisasi. Pasalnya, Negeri Ginseng ini memberikan lampu hijau mengenai pengiriman tenaga medis asal daerah Makassar. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, kerja sama pengiriman tenaga perawat dan bidan tersebut kembali akan dibicarakan dalam waktu dekat ini oleh pihak Korsel. Meski demikian, dia mengakui keinginannya itu telah direstui Pemerintah Korsel.

“Yang jelas sudah ada sinyal- sinyal ke sana. Kami akan kembali bicarakan setelah parlemen Korsel membicarakannya. Bulan depan, Pemerintah Korsel akan ke sini untuk membicarakannya lebih lanjut,” ungkapnya kepada wartawan, kemarin. Penjajakan kerja sama Korsel dan Sulsel dimulai saat Syahrul bersama rombongan pejabat Pemprov bertolak ke Negara Ginseng pada Februari 2011.

Mantan Bupati Gowa dua periode ini menyebutkan, saat ini Korsel membutuhkan 16.000 perawat dan tenaga medis. Sementara di Korsel, jumlah perawat yang tersedia hanya 5.000 orang. Untuk merealisasikan kerja sama ini, Sulsel berencana akan mencetak tenaga bidan dan perawat hingga 24.000 orang.

Dengan jumlah per tahun mencapai 5.000 orang. Pihaknya juga mendorong seluruh kabupaten/kota di Sulsel memiliki sekolah perawat untuk mencetak tenaga kesehatan yang rencananya dikirim ke Korsel. “Semoga kami bisa terobos ini. Tahun ini kami target ciptakan 20.000 perawat dan tahun kemarin miliki 4.000 perawat. Hal ini juga yang menjadikan Sulsel sebagai hub KTI dalam bidang kesehatan,”ungkapnya.

Syahrul mengatakan, Korsel merupakan negara yang stabil dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang berkembang dengan baik. Karena itu, kerja sama di beberapa bidang lain akan terus dijajaki. Demikian catatan online mivelz yang berjudul Pengiriman tenaga perawat.
 
 
Copyright © 2012 mivelz All rights reserved